[REVISI]
Saman dan
Ayu Utami
Oleh
Yudhi Syahputra Sinaga
15017030
A. Latar Belakang Kehidupan
Saman, adalah novel karangan Ayu
Utami yang mendapat banyak penghargaan. Saman bercerita mengenai mengenai 4
sahabat dekat, yang memiliki ceritanya masing-masing. Mereka adalah Laila, Cok,
Shakuntala dan Maryam.
Laila yang merupakan perempuan lugu
yang mencintai Sihar, lelaki yang telah memiliki istri. Mereka baru saja
berkenalan, tetapi Laila sangat mencintai Sihar. Ia menjadi sangat ragu dengan
cinta Sihar kepadanya. Karena Sihar telah beristri dan mereka jarang sekali
bertemu.
Sejak berkenalan saya tidak melupakannya. Saya mengingat namanya begitu
Rosamo menyebutnya pertama kali. Sihar orang yang bisa bicara dengan kata kasar
kepada atasan atau dalam pekerjaan, seperti kepada Rosano. Tetapi dengan
perempuan tak satu patah omongan kotornya keluar. Tidak juga canda yang cabul. (Saman, 1998;25)
Kemudian ada Shakuntala, yang
menceritakan tentang perlawanannya kepada ayah dan saudaranya. Ia tidak mengikuti
yang dikatakan oleh ayahnya. Hingga ia bertengkar dan memisahkan diri dari
ayahnya.
Sebab aku telah tidur dengan beberapa lelaki dan beberapa perempuan.
Meski tidak menarik bayaran. Kakak dan ayahku tidak menghormatiku. Aku tidak
menghormati mereka.
(Saman, 1998;115)
Shakuntala bercerita mengenai
ketidaksukaannya diatur-atur. Ia ingin melakukan karena ia ingin melakukannya.
Bukan karena pandangan orang lain.
Kemudian ada cerita Yasmin yang ternyata
menyukai Saman. Dan mereka memiliki hubungan dibelakang itu.
Dan berdasarkan novel ini, Ayu Utami
yang membuat novel ini sekitar tahun 90’an. Atau orde baru, latar kehidupannya
adalah, wanita sangatlah riskan posisinya.
Kepolosan laila, bebasnya Shakuntala
dalam memilih jalan hidupnya, danYasmin, gadis baik-baik (katanya), gadis
setia, ternyata selingkuh dengan Saman.
Pada zaman itu, perempuan hanya bisa
menerima tanpa melakukan apa-apa. Dan ayu Utami ada pada saat itu. Itulah yang
menjadi bahan dalam novelnya.
Novel yang mengangkat tema perempuan,
dan bertema seks. Yang belum pernah diungkapkan sedalam ini oleh penulis
lainnya.
B. Pemikiran Pengarang
Ayu Utami, menyampaikan pemikirannya
pada novel ini. Seluruh kejadian yang terjadi, dicoba untuk diungkapkan oleh
Ayu Utami.
Seperti pada cerita 4 perempuan ini,
ia mencoba menceritakan bahwa perempuan itu tidak melulu menjadi korban tetapi
juga bisa jadi pahlawan. Dengan menyelamatkan Saman dari kejaran orang-orang
yang berniat menyakitinya.
Saman yang berusaha untuk membongkar
kejahatan yang dilakukan oleh Rosano. Menjadi buruan oleh orang-orang tersebut.
Kemudian ada lagi pemikiran mengenai pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM). Terjadi pada perlakuan semena-mena kepada Upi. Gadis
yang memiliki keterbelakangan mental. Gadis yang diperkosa oleh orang-orang
tidak bertanggung jawab. Itulah yang di alami oleh Upi.
C. Kritik Pengarang
Kritik yang disampaikan oleh Ayu
Utami lebi kepada penganiayaan yang terjadi pada zaman orde baru, pengekangan,
ketidakbebasan berbicara, perlakuan yang tidak sama, pelanggaran HAM.
Kritik pelanggaran ketika Upi
disiksa, diperkosa oleh orang-orang biadab. Bahkan Upi menjadi terbiasa dan
membutuhkannya.
Wis bisa melihat siluet gadis itu bergoyang-goyang. Kaki yang telanjang
menyembul dari antara batang-batang bamboo, lembut keemasan tertimpa betung
yang besar dan pinggulnya menggesek-gesek. Dua menit kemudian perempuan itu
menjerti lalu bilik itu tak lagi berderit. (Saman, 1998;77)
Kritik selanjutnya mengenai
pemerintah yang berbuat seenaknya saja.
Kami hanya menjalankan tugas dari Bapak Gurbernur. Menurut SK beliau
tahun 1989, lokasi transmigrasi harus dijadikan perkebunan sawit. Perusahaan
intinya sudah ditunjuk yaitu PT Anugrah Lahan Makmur. (Saman, 1998;89-90)
Kemudian, ada lagi kritik mengenai perlakuan
kasar yang terjadi pada zaman orde baru yang disampaikan Ayu Utami.
Seperti ketika orang-orang itu memindahkan kutub-kutub setrum dari
belakang telinga ke penisnya. Ia tertawa-tawa sesaat setelah terjengat ke
belakang. (Saman,
1998;104)
Perlakuan yang sangat kejam ini
adalah hal yang sangat dinikmati oleh orang-orang pada zaman itu. orang yang
berbeda akan disiksa, dan dituduh dengan sedemikian rupa, agar bisa disiksa.
Seperti ketika Wis yang telah membimbing masyarakat berbuat lebih baik tetapi
dianggap mengkristenkan orang-orang itu.
D. Tujuan Kritik
Kritik ini disampaikan oleh Ayu Utami
dengan tujuan memberitahu kepada khalayak ramai, apa yang sebenarnya terjadi
ketika masa itu. mungkin Ayu Utami menerapkan “Jika media dibungkam, maka sastra
bicara”
Hal itu memang benar diterapkan oleh
Ayu Utami. Hampir semua yang terjadi diungkap oleh Ayu.
Memang banyak yang diungkapkannya,
tetapi lebih fokus pada orde baru. Lebih banyak yang fokus kepada pemerintah.