Ketikan-ketikan

Rabu, 07 Desember 2016

[REVISI] Saman dan Ayu Utami

[REVISI]
Saman dan Ayu Utami

Oleh
Yudhi Syahputra Sinaga
15017030

A.     Latar Belakang Kehidupan

Saman, adalah novel karangan Ayu Utami yang mendapat banyak penghargaan. Saman bercerita mengenai mengenai 4 sahabat dekat, yang memiliki ceritanya masing-masing. Mereka adalah Laila, Cok, Shakuntala dan Maryam.
Laila yang merupakan perempuan lugu yang mencintai Sihar, lelaki yang telah memiliki istri. Mereka baru saja berkenalan, tetapi Laila sangat mencintai Sihar. Ia menjadi sangat ragu dengan cinta Sihar kepadanya. Karena Sihar telah beristri dan mereka jarang sekali bertemu.

Sejak berkenalan saya tidak melupakannya. Saya mengingat namanya begitu Rosamo menyebutnya pertama kali. Sihar orang yang bisa bicara dengan kata kasar kepada atasan atau dalam pekerjaan, seperti kepada Rosano. Tetapi dengan perempuan tak satu patah omongan kotornya keluar. Tidak juga canda yang cabul. (Saman, 1998;25)

Kemudian ada Shakuntala, yang menceritakan tentang perlawanannya kepada ayah dan saudaranya. Ia tidak mengikuti yang dikatakan oleh ayahnya. Hingga ia bertengkar dan memisahkan diri dari ayahnya.

Sebab aku telah tidur dengan beberapa lelaki dan beberapa perempuan. Meski tidak menarik bayaran. Kakak dan ayahku tidak menghormatiku. Aku tidak menghormati mereka. (Saman, 1998;115)

Shakuntala bercerita mengenai ketidaksukaannya diatur-atur. Ia ingin melakukan karena ia ingin melakukannya. Bukan karena pandangan orang lain.
Kemudian ada cerita Yasmin yang ternyata menyukai Saman. Dan mereka memiliki hubungan dibelakang itu.
Dan berdasarkan novel ini, Ayu Utami yang membuat novel ini sekitar tahun 90’an. Atau orde baru, latar kehidupannya adalah, wanita sangatlah riskan posisinya.
Kepolosan laila, bebasnya Shakuntala dalam memilih jalan hidupnya, danYasmin, gadis baik-baik (katanya), gadis setia, ternyata selingkuh dengan Saman.
Pada zaman itu, perempuan hanya bisa menerima tanpa melakukan apa-apa. Dan ayu Utami ada pada saat itu. Itulah yang menjadi bahan dalam novelnya.
Novel yang mengangkat tema perempuan, dan bertema seks. Yang belum pernah diungkapkan sedalam ini oleh penulis lainnya.

B.     Pemikiran Pengarang

Ayu Utami, menyampaikan pemikirannya pada novel ini. Seluruh kejadian yang terjadi, dicoba untuk diungkapkan oleh Ayu Utami.
Seperti pada cerita 4 perempuan ini, ia mencoba menceritakan bahwa perempuan itu tidak melulu menjadi korban tetapi juga bisa jadi pahlawan. Dengan menyelamatkan Saman dari kejaran orang-orang yang berniat menyakitinya.
Saman yang berusaha untuk membongkar kejahatan yang dilakukan oleh Rosano. Menjadi buruan oleh orang-orang tersebut.
Kemudian ada lagi pemikiran mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Terjadi pada perlakuan semena-mena kepada Upi. Gadis yang memiliki keterbelakangan mental. Gadis yang diperkosa oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Itulah yang di alami oleh Upi.

C.     Kritik Pengarang

Kritik yang disampaikan oleh Ayu Utami lebi kepada penganiayaan yang terjadi pada zaman orde baru, pengekangan, ketidakbebasan berbicara, perlakuan yang tidak sama, pelanggaran HAM.
Kritik pelanggaran ketika Upi disiksa, diperkosa oleh orang-orang biadab. Bahkan Upi menjadi terbiasa dan membutuhkannya.

Wis bisa melihat siluet gadis itu bergoyang-goyang. Kaki yang telanjang menyembul dari antara batang-batang bamboo, lembut keemasan tertimpa betung yang besar dan pinggulnya menggesek-gesek. Dua menit kemudian perempuan itu menjerti lalu bilik itu tak lagi berderit. (Saman, 1998;77)

Kritik selanjutnya mengenai pemerintah yang berbuat seenaknya saja.

Kami hanya menjalankan tugas dari Bapak Gurbernur. Menurut SK beliau tahun 1989, lokasi transmigrasi harus dijadikan perkebunan sawit. Perusahaan intinya sudah ditunjuk yaitu PT Anugrah Lahan Makmur. (Saman, 1998;89-90)

Kemudian, ada lagi kritik mengenai perlakuan kasar yang terjadi pada zaman orde baru yang disampaikan Ayu Utami.

Seperti ketika orang-orang itu memindahkan kutub-kutub setrum dari belakang telinga ke penisnya. Ia tertawa-tawa sesaat setelah terjengat ke belakang. (Saman, 1998;104)

Perlakuan yang sangat kejam ini adalah hal yang sangat dinikmati oleh orang-orang pada zaman itu. orang yang berbeda akan disiksa, dan dituduh dengan sedemikian rupa, agar bisa disiksa. Seperti ketika Wis yang telah membimbing masyarakat berbuat lebih baik tetapi dianggap mengkristenkan orang-orang itu.

D.     Tujuan Kritik

Kritik ini disampaikan oleh Ayu Utami dengan tujuan memberitahu kepada khalayak ramai, apa yang sebenarnya terjadi ketika masa itu. mungkin Ayu Utami menerapkan “Jika media dibungkam, maka sastra bicara”
Hal itu memang benar diterapkan oleh Ayu Utami. Hampir semua yang terjadi diungkap oleh Ayu.
Memang banyak yang diungkapkannya, tetapi lebih fokus pada orde baru. Lebih banyak yang fokus kepada pemerintah.

Rabu, 23 November 2016

Nilai-Nilai dalam Novel Lelaki Tua dan Laut Karya Ernest Hemingway

Nilai-nilai dalam Novel Lelaki Tua dan Laut Karya Ernest Hemingway

Selamat malam, net-surfers.
Malam ini saya akan membahas seperti yang di judul. Yap. Nilai-nilai dalam novel Lelaki Tua dan Laut karya Ernest Hemingway.
Pertamanya kita akan membahas tentang novel ini. Sedikit saja, tidak banyak.
Novel ini merupakan karya terakhir dan terbesar Ernest Hemingway. Novel ini terbit pada tahun 1952. Novel yang bercerita tentang “Santiago”, seorang nelayan yang sudah tua. Orang-orang disekitar tempat tinggalnya menyebutnya Lelaki Tua. Cerita tentang perjuangannya di laut mempertahankan seekor ikan marlin besar, setelah ia tidak mendapatkan ikan selama 84 hari.
Cerita ini memiliki banyak makna. Terdapat banyak makna yang dapat diambil dari novel ini. Perjuangan, kegigihan, banyak sekali tergambar pada novel ini.
Novel ini mendapatkan penghargaan Pulitzer setahun setelah diterbitkannya novel ini.
Oke, kita tidak akan membahas itu terlalu panjang. Selanjutnya kita akan membahas nilai-nilainya. Tetapi sebelum membahas ke novel, saya akan menjelaskan tentang nilai-nilai yang ada pada novel.
1. Nilai Agama
Nilai yang pertama adalah nilai agama. Nilai ini merupakan nilai yang berhubungan mengenai ajaran/agama. Yang bersifat religius.
2. Nilai Moral
Kemudian ada nilai moral, nilai yang satu ini berkaitan dengan akhlak/perilaku/etika. Nilai moral bisa berarti moral baik. Maupun moral yang buruk. Jadi tidak selalu moral yang baik yang menjadi nilai-nilai yang akan disampaikan.
3. Nilai Budaya
Nilai yang selanjutnya adalah nilai yang berkaitan dengan budaya masyarakat, tradisi, adat istiadat, maupun daerah itu sendiri.
4. Nilai Sosial
Adalah nilai yang berkaitan tentang hubungan antar manusia, berkaitan dengan pergaulan, dan lain sebagainya.
5. Nilai Estetika
Merupakan nilai yang merupakan penjelasan mengenai bentuk fisik atau kondisi yang terjadi pada novel tersebut. Penggambaran yang dituangkan melalui kata.
6. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan berarti pembelajaran yang dapat diambil oleh pembaca. Yang dapat diterapkan. Inilah yang dimaksud dengan nilai pendidikan.
7.  Nilai Politik
Nilai politik berarti nilai kekuasaan yang terjadi pada novel itu.

Itulah penjelasan mengenai nilai-nilai yang terkandung pada novel.
Dan kita akan berlanjut ke novel. Saya akan menunjukkan mengenai nilai-nilai tersebut yang ada pada novel Lelaki Tua dan Laut karya Ernest Hemingway.
Sebenarnya banyak nilai yang ada pada novel ini. Seperti nilai agama, novel ini menyampaikan kepada kita untuk tidak melupakan agama atau kepercayaan yang kita percayai. Terdapat pada halaman 68 dengan kalimat “Akan kuucapkan Bapa Kami dan Salam Maria seratus kali. Tetapi bukan sekarang.”
Santiago menyampaikan itu dengan maksud agar kita tetap mengingat pencipta, dan bersyukur. Dan ada juga bagian dimana Santiago mengatakan kalau dia sebenarnya bukan merupakan orang yang saleh. Tetapi ia akan mencoba bersyukur. Dan tidak semua doa yang dia ingat. Dia Cuma mengingat doa bunda maria karena berasa lebih mudah untuk diingat.
Kemudian ada nilai budaya juga pada novel ini. Di bagian orang-orang mengatakan kalau lelaki tua itu mengalami salao sial yang paling sial. Di halaman pertama, “…maka ayah dan ibu anak itu mengatakan, sekarang sudah jelas dan pasti bahwa lelaki tua itu salao, yakni paling sial di antara yang sial..”
Itu merupakan penggambaran bagi masyarakat disana yang masih mempercayai bahwa orang yang tidak mendapatkan ikan selama 40 hari merupakan orang yang sial diantara yang sial. Itu merupakan budaya pada masyarakat itu sendiri karena percaya begitu saja. Padahal jika dipikir secara logis, itu sama sekali tidak ada hubungannya.
Mungkin hampir semua nilai yang ada di novel lelaki tua dan laut. Tetapi nilai yang paling banyak adalah nilai moral. Karena banyak sekali pesan yang disampaikan dari tingkah laku santiago tersebut.
Seperti harus berbuat baik kepada orang yang mengajarkan kita, meskipun dia telah dikatakan sebagai orang yang paling sial diantara yang sial.
“ayo, makan. Kau tak akan bisa kerja tanpa makan” ini disampaikan oleh Manolin, anak yang telah diajarkan oleh lelaki tua itu terus memberikan ucapan terima kasihnya. Itu terdapat pada halaman 10. 
Manolin pun tetap bersikeras untuk membantu lelaki tua itu. Meskipun ia telah bersama kapal lain.
Terbukti pada halaman 4. “Aku ingin ikut. Kalau tak boleh ikut ke laut, aku ingin membantumu dengan cara lain”
Ia membelikan lelaki tua itu umpan, lalu memberinya makan. Maksud saya memberi lelaki tua itu makan. Bahkan, ketika lelaki tua itu kembali dari perjuangannya dilaut mempertahankan ikan yang ia dapatkan. Manolin lah yang mengurusnya selepas dari laut yang sangat kejam itu.
Terbukti pada halaman 101. “kubawakan nanti makanan dan koran-koran itu, beristirahatlah baik-baik. Kubawakan nanti obat-obatan dari apotik untuk mengobati tanganmu”
Lelaki tua juga mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih gigih dan tangguh. Dan tidak mudah menyerah.
Terbukti dengan perjuangannya mempertahankan ikan Marlin Raksasa tersebut. Ia tetap mempertahankannya. Sampai 3 hari.
Kemudian setelah mendapatkannya, ia kembali berlawanan dengan hiu-hiu yang memakan ikan hasil pancingannya. Meskipun pada akhirnya lelaki tua itu kalah dan hanya mendapatkan tulang, kepala dan ekor ikan itu saja.
Lelaki tua juga menunjukkan bahwa kita harus menjadi pribadi yang rendah hati. Terbukti pada halaman 5. “pikirannya terlalu sederhana untuk mempertanyakan  kapan ia berendah hati. Tetapi ia tahu bahwa ia telah berendah hati dan ia tahu bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang aib dan tidak menyebabkan nya kehilangan harga diri”
Ini terjadi ketika lelaki tua menyampaikan terima kasih setelah Manolin membelikannya umpan.
Sekian pembahasan saya mengenai  nilai-nilai yang ada pada novel Lelaki Tua karya Ernest Hemingway.
Selamat malam, dan beristirahatlah, net-surfers.



Selasa, 08 November 2016

Saman, dan Ayu Utami

Saman, dan Ayu Utami


Ayu Utami, atau dengan nama asli Justina Ayu Utami. Adalah dara kelahiran Bogor, 21 November 1968. Ia adalah seorang aktivis jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. 



Ia pernah bekerja menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan dan D&R.

Karya-karya yang pernah ia buat adalah :
- Novel Saman  '98
- Novel Larung '01
- Kumpulan Esai "Si Parasit Lajang" '03
- Novel Bilangan Fu '08
- Novel Manjali dan Cakrabirawa (seri Bilangan Fu '08
dan masih ada beberapa yang lain.

Yang menjadi topik kita pada hari ini, mengenai novel SAMAN.





Saman merupakan novel yang diterbitkan bulan April '98. Novel ini berlatar tahun 80-90. novel ini bercerita tentang persahabatan antara 4 orang yaitu Yasmin, Cok, Shakuntala dan Laila dengan seorang lelaki bernama Saman.

Saman memenangkan Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1998. Novel ini dianggap sebagai pelopor dari sastra wangi. Dan membangkitkan semangat para wanita dalam menciptakan karyanya.

Novel ini sebenarnya merupakan fragmen atau bagian dari novel pertama Ayu Utami, "Laila Mampir di New York" tetapi karena kesuksesannya novel ini dijadikan dwilogi, Saman dan Larung.

Novel ini bertemakan tentang seks. Meskipun bukan seluruhnya seks, tetapi novel ini lebih banyak menceritakan tentang kejadian pada masa rezim orde baru yang otoriter.

Kritik yang disampaikan oleh Ayu Utami pada novel ini mengenai orde baru itu sendiri. Banyak hal yang terjadi, seperti upah buruh yang terlalu rendah, perlakuan warga terhadap orang lain yang terkena gangguan mental, hingga perbuatan semena-mena yang dilakukan oleh pemerintah pada waktu itu.

Memang, kepemimpinan Soeharto memang memiliki kemajuan daripada sebelumnya. Seperti pembangunan yang lumayan pesat, rakyat yang TERLIHAT bahagia.

Untuk pembangunan, memang benar adanya, tetapi untuk kondisi rakyat pada masa itu, semuanya itu seperti harimau di kebun binatang. Memang berada di habitatnya, tetapi diatur sedemikian rupa.

Setiap masyarakat tidak bisa berbicara sekenanya tentang presiden atau pemerintahan pada masa itu. Setiap orang yang melakukannya, akan hilang pada malam hari. 

Kemudian di bidang agama, Ayu Utami mencoba menyampaikan kritiknya terhadap orang-orang saat itu. Niat baik Athanasius Wisanggeni atau Wis, yaitu membangun rumah asap bersama para warga di Prabumulih. Dianggap sebagai bentuk kristenisasi dan membentuk pasukan untuk melawan pemerintah.

Padahal itu hanya masalah keteledoran masing-masing. Warga tanda tangan saja tanpa adanya bentuk perjanjian yang dijelaskan. Hingga Akhirnya Wis di tangkap dan disiksa, sedangkan para wanita dikumpulkan dan para lelaki merusak kebun sait yang ditanam oleh perusahaan itu.

Novel Saman diluncurkan 12 Mei 1998, sepuluh hari sebelum Soeharto lengser. Pengkritikan ini terjadi karena Ayu Utami sudah terlalu muak dengan semua yang terjadi. Hingga ia menerbitkan novel ini. Dan ini juga sebagai pembangkit semangat para pengarang wanita lainnya.